SBY: Australia dan RI Harus Ubah Pola Pikir

SBY PRESIDENCY

Kemitraan Indonesia dan Australia saat ini "solid dan kuat", tetapi masih ada sejumlah tantangan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal tersebut di hadapan parlemen Australia di Canberra, Rabu 10 Maret 2010.

Dalam pidato bersejarah di depan para anggota parlemen Australia tersebut, Yudhoyono mengungkapkan bahwa masih diperlukan perubahan pola pikir pada beberapa warga Indonesia dan Australia.

"Persoalan yang terus menerus ada dalam hubungan kita adalah stereotip lama yang membuat masing-masing pihak menggambarkan pihak lain dalam kesan buruk," kata Yudhoyono seperti dikutip laman surat kabar Sydney Morning Herald.

"Ada orang Australia yang masih melihat Indonesia sebagai negara otoriter atau diktator militer atau sebagai sarang ekstrimis Islam, atau bahkan sebagai kekuatan ekspansionis," lanjutnya. Sedangkan di sisi lain, ada orang Indonesia yang masih "mengidap" Australia-phobia. "Mereka yang percaya bahwa konsep 'White Australia' masih ada," kata Yudhoyono.

Yudhoyono mengatakan, perlu lebih banyak upaya untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Australia. Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia sebesar US$ 514 miliar, pertumbuhan terbesar ketiga di kelompok negara-negara G20. Yudhoyono mengatakan, Indonesia berpenduduk 240 juta jiwa dengan pertumbuhan kelas menengah dan kaya sumber daya alam.

Sedangkan Australia, sebuah negara maju, merupakan kekuatan ekonomi ke-18 terbesar di dunia dengan kepemimpinan korporat level atas dan GDP US$ 920 miliar. "Statistik mengesankan ini perlu dijadikan refleksi dalam kemitraan kita," kata Dr. Yudhoyono.

Dia mengatakan, Australia merupakan investor ke-12 terbesar di Indonesia dengan ketertarikan dalam 26 proyek senilai US$ 79 juta pada 2009. "Kita perlu melakukan upaya yang lebih baik lagi untuk memanfaatkan keuntungan ekonomi ini, kita perlu mendorong sektor swasta kita untuk lebih banyak mengupayakan kerja sama bisnis," tambahnya.(VIVAnews )

BERITA LAINNYA: