Custom Search

3 Resep SBY Selamatkan Indonesia dari Krisis

SBY PRESIDENCY

Terkena krisis 1997-1998, inilah yang membuat Indonesia belajar dan bisa selamat dari badai krisis global 2008. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun memaparkan tiga resep Indonesia bisa selamat dari krisis.

Resep ia peroleh dari referensi buku bacaan kejadian krisis saat itu. Ia menyimpulkan kemudian ditelurkan pemerintah dalam bentuk kebijakan.

Resep itu, pertama, Indonesia memahami bahwa pembangunan ekonomi itu terus berjalan. Selanjutnya sejak krisis 1997/1998, Indonesia telah melakukan reformasi perekonomian. "Ini berjalan hampir 10 tahun," ujar SBY dalam memberikan arahan kepada emiten, usai pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin 4 Januari 2010.

Presiden mengakui, saat krisis, saham Indonesia drop dan ekspor pun turun. Tapi dengan adanya reformasi perekonomian itu, Indonesia bisa meminimalisasi dampak krisis. "Meski belum puas, banyak dikritik, tapi toh ada hasilnya. Perbankan lebih kuat, sehingga kita siap hadapi gejolak," ujar SBY.

Dibandingkan dengan 10 tahun lalu, ekonomi Indonesia bisa dikatakan lebih tahan.

Kedua, dibanding 1998, saat ini Indonesia tidak panik. SBY mengingatkan pada krisis 1998, banyak kalangan mengenal istilah SDM (selamatkan diri masing-masing). Itu terjadi tidak hanya di dunia usaha, tapi juga kalangan pemerintah. Karena panik pada akhirnya tidak ada sinergi, kohesi, dan sinkronisasi.

Pada krisis 2008 lalu, SBY menambahkan, kondisi tidak demikian sehingga Indonesia bisa selamat dari krisis.

Ketiga, meski Bank Dunia menyatakan saat September-Desember 2008 Indonesia baik-baik saja, tapi pemerintah tetap berjaga menyiapkan antisipasi, baik dalam maupun luar negeri. Presiden mengatakan langkah berjaga-jaga dilakukan, karena Indonesia tidak perlu menunggu sampai 'hujan lebat dan banjir'.

"Kalau tidak disiapkan, kita sudah jatuh. Jadi kebijakan dan pilihan yang dilakukan kita tidak salah," ujarnya.

Presiden mengingatkan, langkah pengamanan itu dilakukan karena dari referensi yang ia baca, saat krisis 1997/1998, Indonesia ada semacam 'jurang pemisah' dengan negara sahabat. Sehingga saat terkena krisis, uluran tangan tidak segera datang. Sebaliknya IMF yang datang waktu itu memberikan resep yang salah, sehingga perekonomian Indonesia malah berantakan.

"Saat krisis, kita membangun mitra strategis, G20 kita masuk, ASEAN menjadi penjuru, maka saat kita dalam bayang-bayang krisis, kita bisa kerja sama lebih baik lagi," kata SBY.

Langkah itu perlu agar Indonesia ada back-up. Tapi karena kebijakan yang tepat, Indonesia patut bersyukur back-up itu tidak perlu.(VIVAnews)



http://sbypresidency.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment

 

Custom Search

SBY PRESIDENCY