SBY PRESIDENCY
Kabinet SBY berisi 37 menteri dan pejabat setingkat menteri. Sebanyak 24 orang di antaranya merupakan wajah baru, yang baru pertama kali menjadi pembantu dekat presiden. Mereka adalah:
Menko Kesra Agung Laksono
Pada Pemilu 2009 lalu, politisi kelahiran 23 Maret 1949 itu gagal menjadi wakil rakyat. Perolehan suara mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga era Soeharto itu tidak cukup untuk mengantarkannya kembali ke Senayan. Wakil Ketua Umum Partai Golkar yang juga Ketua DPR 2004-2009 ini menjadi menteri setelah Golkar di bawah Aburizal Bakrie memutuskan untuk mendukung pemerintahan SBY.
Menko Polhukam Jenderal Purn Djoko Suyanto
Selama menjabat sebagai Panglima TNI pada 2006 - 2007, pria kelahiran 2 Desember 1950 ini telah menangani sejumlah masalah seperti konflik di Aceh, konflik Poso, dan masalah embargo senjata oleh Amerika. Ia juga ditugasi untuk menyelesaikan persoalan profesionalisme di tubuh TNI. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara merupakan teman seangkatan SBY (1973). Djoko adalah ketua tim sukses SBY-Boediono saat Pilpres 2009.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
Karirnya dimulai dengan menjadi Bupati Solok selama dua periode, yakni 1995-2000
dan 2000-2005. Pria kelahiran 9 November 1957 itu dikenal sebagai bupati yang
bersih dan memerangi korupsi. Tak heran jika pada 2004, lulusan Fakultas Hukum
Universitas Andalas itu mendapat penghargaan Bung Hatta Award prestasinya
melawan korupsi. Sebelum ditunjuk sebagai menteri, dia adalah Gubernur Sumbar. Dia menjadi Mendagri pertama dari kalangan sipil.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
Usianya baru 46 tahun. Namun karir Marty Natalegawa sebagai diplomat muda patut
diacungi jempol. Sejak 2007, pria Bandung, 22 Maret 1963 itu menjadi wakil tetap
Indonesia untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Kini, pria yang sempat menjadi sorotan karena abstain dalam Sidang Dewan Keamanan (DK) PBB terkait sanksi nuklir Iran itu dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri. Jabatan yang menggantikan Hasan Wirajuda ini dirasa cocok karena Marty memiliki kapasitas dan pengalaman di bidang hubungan internasional. Di lingkungan PBB, peraih gelar doktor dari Australia itu pernah memimpin seminar regional PBB kawasan Karibia. Seminar tersebut diikuti negara-negara anggota Komite Khusus Dekolonisasi. Seminar juga membahas masalah dalam konteks terkini, termasuk dampak krisis ekonomi maupun perubahan iklim.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih
Endang lahir di Jakarta, 3 Februari 1955, lulusan FK Universitas Indonesia tahun 1979. Gelar Master on Public Health dan Doktor Kesehatan Masyarakat diperoleh di Harvard University, USA tahun 1992 dan 1997.
Endang Sedyaningsih, memulai karirnya di Departemen Kesehatan sejak tahun 1990. Tahun 2004 sebagai pejabat fungsional dengan pangkat Peneliti Madya. Pada 26 Januari 2007 dipercaya oleh Menkes Siti Fadilah Supari sebagai Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Pada 24 Juli 2008 sebagai peneliti Madya dan sejak 1 Agustus 2008 sebagai Peneliti Utama pada Puslitbang Biro Medis dan Farmasi.
Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar
Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini besar di lingkungan Muhammadiyah. Patrialis Akbar mengawali karir politiknya sebagai Anggota DPR RI pada 1999 dari daerah pemilihan Sumatera Barat. Di DPR, pria kelahiran Padang, 31 Oktober 1958 itu duduk di Komisi III yang menangani masalah Hukum dan HAM.
Niatnya untuk kembali menjadi anggota parlemen periode 2009-2014 gagal setelah suaranya tidak memuaskan. Pada Februari lalu, lulusan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta itu juga lolos dalam seleksi Hakim Konstitusi.
Menteri Pertanian Suswono
Suswono merupakan satu di antara empat nama yang disodorkan PKS untuk menduduki
jabatan menteri pada Kabinet Indonesia bersatu jilid II. Dia pernah menjadi Wakil Ketua Komisi IV DPR yang membidangi masalah pangan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan. Pria kelahiran Tegal, 20 April 1959 itu juga kandidat doktor pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri
Salim Segaf Al-Jufrie yang merupakan fungsionaris Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di luar partai, Salim aktif sebagai Direktur Perwakilan WAMY (World Assembly of Muslim Youth) untuk Kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, dan juga Direktur Syariah Consulting Center.
Pria kelahiran Solo, 17 Juli 1954 itu belajar di Universitas Madinah, Arab Saudi. Islam dan Arab bukan hal yang asing baginya. Salim Segaf juga menjabat sebagai duta besar untuk Kerajaan Arab Saudi dan Oman sejak 2005.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad
Di Gorontalo, Fadel Muhammad dikenal sebagai Gubernur yang dicintai warganya. Pria yang mengenyam pendidikan di Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, merupakan satu-satunya gubernur di Indonesia yang memenangkan Pemilihan Kepala daerah dengan mengantongi 81% suara. Politisi Golkar ini lahir di Ternate, 20 Mei 1952.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar
Pria muda ini mengawali karir politiknya dari partai bentukan pamannya, Gus Dur, yaitu PKB. Bahkan, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM dan master UI ini akhirnya duduk di puncak tertinggi partai tersebut sebagai Ketua Umum.
Namun 'kursi empuknya sempat digeser oleh Gus Dur karena Cak Imin, panggilan akrabnya dinilai terlalu 'berani'. Namun akhirnya, pengadilan mengembalikan jabatan itu kepadanya.
Sebelum terpilih sebagai menteri, pria kelahiran Jombang, 24 September 1966 itu
menjabat sebagai Wakil Ketua DPR periode 1999-2004 dan Wakil Ketua MPR 2004-2014.
Menneg Riset dan Teknologi Suharna Surapranata
Pria kelahiran Bandung, 13 Desember 1955 ini merupakan salah seorang anggota pendiri Partai Keadilan (PK) tahun 1998, yang kemudian berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Aktivis masjid kampus itu pernah bekerja sebagai peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) dan Dosen FMIPA UI, serta mengikuti Pendidikan Kepemimpinan Nasional Lemhanas KSA X tahun 2002.
Suharna juga pernah studi di University of Tsukuba, Jepang, dengan bidang Computer Science (1986). Suharna juga memperdalam ilmunya dengan mempelajari Teknik Fisika di Institut Teknologi Bandung (ITB) (1991). Suharna merupakan salah satu pendiri Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI).
Menneg Pemberdayaan Perempuan Linda Amalia Sari
Putri Letjen (Purn) TNI Acmad Tahir, Menteri Pos dan Telekomunikasi di era Presiden Soeharto (1983-1988) ini memiliki kegiatan yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak. Istri Agum Gumelar ini juga dikenal sebagai Ketua Umum Organisasi Wanita Indonesia (Kowani).
Selain itu, pemilik nama lengkap Linda Amalia Sari ini juga aktif dalam kegiatan di Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ). Perempuan kelahiran Bandung, 15 November 1951 ini juga berkecimpung di yayasan kanker untuk anak-anak. Saat ditelepon Cikeas untuk diberi posisi menteri, Linda mengira si penelepon hendak mencari suaminya.
Menneg Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Ahmad Helmy Faishal Zaini
Ahmad Helmy Faishal Zaini terlibat ketika warga Nahdlatul Ulama (NU) membentuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pria kelahiran Cirebon, 1 Agustus 1972 ini menjadi
anggota Komite Pendeklarasian PKB pada tanggal 23 Juli 1998.
Lulusan Universitas Indonesia (UI) ini tercatat sebagai menteri termuda dalam
Kabinet Indonesia Bersatu II yaitu usia 37 tahun. Sebelum berkarir di pemerintahan, Helmy menjadi anggota DPR periode 2004-2009.
Menneg Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring
Sebelum menjadi Presiden PKS, Tifatul Sembiring pernah menjadi Kepala Humas PK dan Ketua DPP PKS wilayah Dakwah I Sumatra. Ia juga pernah bekerja di PT PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa, Bali, Madura pada 1982-1989. Pria kelahiran Bukittinggi, 28 September 1961 terpilih sebagai Ketua Komisi I DPR sebelum ditunjuk jadi menteri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh
Nama Darwin Saleh termasuk nama baru di pemerintahan. Namanya baru muncul saat dia didapuk menjadi Ketua Tim Kampanye Ekonomi SBY-Boediono.
Pria kelahiran Riau, 29 Oktober 1960 ini dikenal kerap berseberangan pendapat dengan tim kampanye JK-wiranto dan Mega-Prabowo. Kini pemegang gelar Doktor dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) itu dipercaya bosnya, SBY, sebagai Menteri ESDM.
Menneg Perencana Pembangunan/Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana
Ayahnya, Mochtar Kusumaatmadja adalah mantan Menteri Kehakiman (1974-1978) dan dan Menteri Luar Negeri (1978-1988). Armida menikah dengan Andi Alisjahbana, putera Dr-Ing Iskandar Alisjahbana.
Perempuan kelahiran Bandung, 16 Agustus 1960 ini pernah menjadi konsultan Bank dunia dalam Pendidikan di Indonesia (Oktober 2007 - Maret 2008). Selain memiliki sejumlah aktivitas di bidang intelektual, Armina juga merupakan pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.
Menneg Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan
Pria kelahiran Palopo, 17 Juni 1946 ini menjabat Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR periode 2004-2009. Dia terpilih lagi sebagai anggota DPR 2000-2019. Pemegang MBA dari California State University ini beristrikan presenter Inggrid Kansil, anggota DPR.
Menneg Pendayagunaan Aparatur Negara EE Mangindaan
Evert Erenst Mangindaan lahir di Solo tahun 1943. Mengawali karier sebagai politisi Golkar, mantan Gubernur Sulut ini menjadi anggota DPR dari Partai Demokrat dalam Pemilu 2004.
Menneg Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta
Pria berkacamata ini sebelumnya Pembantu Rektor I Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin. Guru Besar Kehutanan ini lahir 1 September 1952 di Sungai Baru, Banjarmasin. Ketika dipanggil ke Cikeas, dia mengira terkait dengan promosinya sebagai Rektor Unlam, ternyata malah mendapat posisi menteri.
Menneg Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa
Pria kelahiran Mataram, 31 Oktober 1954 itu menjadi 'wakil' dari PPP. Sebelum masuk ke jajaran pemerintahan, Suharso Monoarfa duduk di DPR sebagai anggota Komisi VII.
Selain terjun ke politik, Suharso juga menjabat beberapa jabatan penting di sejumlah perusahaan. Salah satunya sebagai komisaris di PT Argo Utama Global pada 1999-2002 dan PT Bukaka Telekomindo Internasional pada 1997-2000.
Kepala BKPM: Gita Wirjawan
Lulusan Harvard ini dikenal sebagai komisaris PT Pertamina. Selain itu, pria kelahiran Jakarta, 21 September 1965 itu juga menjabat sebagai Presiden Direktur JP Morgan dan Chairman PT Ancora Internasional.
Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto
Pria kelahiran Purwokerto, 14 Maret 1947 ini dibesarkan dalam keluarga intelektual. Ayah Kuntoro seorang pengacara sedang ibunya dosen bahasa Inggris di Universitas Sudirman.
Setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dia langsung menjadi dosen di almamaternya itu. Tak lama setelah lulus dari Stanford University (1976) ia lalu meraih gelar doktor dari ITB (1982).
Kuntoro dipercaya menjadi Direktur Utama PLN pada tahun 2000. Lalu dia menjabat Kepala BP-BRR Aceh Nias (Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonsiliasi).• detikcom
0 comments:
Post a Comment